Areal kerja atau kawasan konsesi milik PT. ABT merupakan bagian dari kawasan yang disebut sebagai hutan dataran rendah terakhir di pulau Sumatera. Hal tersebut menjadikan kawasan ini memiliki peran penting tidak hanya dalam menjaga keseimbangan ekosistem sekitar namun juga dalam melindungi kekayaan keanekaragaman hayatinya. Ini terbukti dengan keberadaan 4 satwa liar yang dilindungi baik oleh pemerintah maupun dunia di dalam kawasan ABT. Keempat satwa tersebut adalah Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), Tapir (Tapirus indicus) dan Orangutan Sumatera (Pongo abelii). Berikut pesona dari keempat satwa tersebut di kawasan konsesi PT ABT:

Harimau Sumatera

Salah satu hewan endemik pulau Sumatera adalah Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae). Secara fisik, Harimau Sumatera merupakan subspesies terkecil dan satu-satunya yang masih tersisa. Dua subspesies lainnya, yaitu Harimau Jawa dan Harimau Bali sudah cukup lama dinyatakan punah. Harimau Sumatera jantan hanya berbobot 136 kg dengan panjang kepala dan badan  2,34 m. Mereka memiliki kaki dan telapak yang kuat dengan cakar yang panjang. Lidah mereka juga ditutupi oleh papila keras, yang ideal untuk mengikis daging dari tulang mangsanya. Hewan yang luar biasa ini termasuk penyendiri dan hanya berinteraksi dengan harimau lain untuk kawin. Bahkan Harimau Sumatera jantan tidak terlibat dalam pengasuhan, sehingga saat menjadi induk harimau betina harus meningkatkan perburuannya (killing rate) hingga 50% untuk menghidupi diri dan anaknya. Menurut IUCN Red List, saat ini Harimau Sumatera ada di dalam kategori terancam kritis (Critically Endangered), artinya spesies ini berisiko punah dalam waktu dekat jika tidak ada perubahan signifikan dalam upaya pelestariannya.

Gajah Sumatera

Gajah Sumatera atau dengan nama latin Elephas maximus sumatranus, merupakan subspecies terkecil dari Gajah Asia berdasarkan ukuran tubuhnya, namun mereka merupakan mamalia terbesar yang hidup di pulau Sumatera. Ukuran tubuhnya dapat mencapai berat 6 ton dengan tinggi mencapai 3,5 m pada bahu. Habitat mereka berupa hutan dataran rendah tropis, dan mereka suka berkelana selama mereka berada di ketinggian di bawah 300 mdpl. Sebagai hewan herbivora, mereka biasanya memakan tumbuh-tumbuhan, rerumputan dan buah-buahan. Hal ini menjadikan Gajah Sumatera memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem yakni sebagai penyebar benih dari tumbuhan maupun buah-buahan yang mereka konsumsi. Gajah Sumatera bergerak dalam kelompok besar. Di kawasan konsesi PT ABT sendiri, satu kelompok Gajah Sumatera dapat berisikan 20 – 30 individu. Maka dari itu mereka sangat membutuhkan area yang besar dengan sumber makanan yang melimpah sebagai habitat dan wilayah jelajah. Menurut IUCN Red List, Gajah Sumatera termasuk ke dalam satwa yang terancam kritis (Critically Endangered) karena jumlah mereka yang terus berkurang di alam.

Tapir Asia

Tapir Asia atau dengan nama latin Tapirus indicus merupakan satu-satunya jenis tapir asli dari Asia Tenggara. Umumnya mereka dapat dijumpai di Myanmar, Thailand, Malaysia dan Indonesia, khususnya di pulau Sumatera. Habitat mereka berupa hutan dataran rendah, serta hutan pegunungan dengan perbukitan dan semak belukar. Terdapat 4 jenis tapir yang ada di seluruh dunia, dan Tapir Asia merupakan jenis tapir terbesar berdasarkan ukuran tubuhnya. Tubuh Tapir Asia dapat mencapai bobot seberat 250 – 320 kg dengan panjang 1.8 – 2.5 m dan tinggi 90 – 110 cm. Jenis makanan yang mereka makan berupa tumbuhan dengan dedaunan, ranting dan kulit pohon muda, buah-buahan, rerumputan, umbi-umbian dan tumbuhan air. Tapir Asia memiliki indera penciuman yang tajam dan mereka biasanya akan menghindari keberadaan manusia. Mereka merupakan hewan penyediri, namun akan bergabung dalam satu kelompok ketika akan mencari makan. Sayangnya, menurut IUCN Red List, saat ini Tapir Asia masuk ke dalam kategori satwa yang tercancam punah (Endangered) karena populasinya yang semakin berkurang di alam.

Orangutan

Orangutan Sumatera (Pongo abelii) merupakan Orangutan endemik dari pulau Sumatera. Salah satu perbedaan utama dengan saudaranya yang hidup di Kalimantan adalah rambut Orangutan Sumatera cenderung lebih terang dengan warna cokelat hingga oranye. Orangutan Sumatera hidup di habitat berupa hutan primer dataran rendah tropis, hutan mangrove sampai dengan hutan rawa. Sebagian waktu mereka dihabiskan di atas pepohonan, termasuk kegiatan membangun sarang untuk beristirahat di siang hari maupun untuk tidur di malam hari. Untuk ukuran tubuhnya, Orangutan Sumatera dapat mencapai berat 90 kg dengan tinggi 1.8 m. Jika beban mereka terlau berat, umumnya Orangutan Sumatera (terutama jantan) akan lebih banyak menghabiskan waktunya di lantai hutan. Buah menjadi salah satu jenis makanan yang paling dominan dikonsumsi oleh primata yang satu ini. Namun, mengingat buah-buahan memiliki musim-musim tertentu, Orangutan Sumatera kadang juga mengkonsumsi daun muda, bunga, kulit kayu, serangga, bahkan telur dari hewan liar lainnya. Dalam IUCN Red List, Orangutan Sumatera masuk ke dalam kategori terancam kritis (Critically Endangered).

Sources: animaldiversity.org ; animalia.bio ; onekindplanet.org ; iucnredlist.org