Pada tanggal 28 dan 29 November 2022, PT ABT diundang untuk menghadiri Asia-Pacific Business Forum 2022 di Bangkok, Thailand, yang diselenggarakan oleh Forest Stewardship Council (FSC) dengan tema “Connecting Forests With Markets”. Dua orang perwakilan PT ABT di acara tersebut yakni Lutfie, selaku Koordinator HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) dan Pengembangan Bisnis PT ABT, serta Nasib, salah satu petani karet yang tergabung ke dalam KTH (Kelompok Tani Hutan) Alam Tandikat Sejahtera. KTH Alam Tandikat Sejahtera merupakan salah satu KTH yang telah bermitra dengan PT ABT.

Rangkaian acara dimulai dengan diskusi panel dengan nara sumber yang merupakan para pelaku usaha di bidang perkebunan dan kehutanan yang telah mendapatkan sertifikasi dari FSC. Dalam diskusi ini, dibahas mengenai industri karet dan kayu yang pada saat ini telah berkembang dengan mementingkan aspek keberlanjutan dari sumber bahan baku, yaitu hutan.  Kita ketahui pada saat ini dunia sedang mencoba untuk memenuhi 17 tujuan yang tertuang dalam Sustainable Develompent Goals (SDG) yang ditentukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai agenda untuk pembangunan kesejahteraan manusia dan planet Bumi. Bertanggung jawab atas apa yang telah kita manfaatkan dari hutan merupakan salah satu langkah baik menuju tercapainya beberapa tujuan tersebut. Contohnya untuk pemanfaatan getah karet.

Pada saat ini FSC telah bermitra dengan banyak pelaku usaha dalam melakukan bisnis di industri karet dengan skema sertifikasi yang berfokus pada pemanfaatan karet dari hutan alam yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam hal ini adalah dimana hutan tetap terjaga lestari mulai dari kualitas lingkungannya sampai dengan kesejahteraan mahluk hidup yang tinggal di dalamnya. Dalam sesi diskusi, dengan adanya skema sertifikasi ini, para pelaku usaha mendapatkan dampak yang positif bagi bisnis mereka dan diharapkan hal ini akan diikuti oleh banyak pelaku usaha lainnya di seluruh dunia.

Pada hari kedua, seluruh peserta berkesempatan untuk mengunjungi salah satu kebun karet dan industri olahan karet yang telah tersertifikasi oleh FSC. Dalam Kunjungan ini, peserta belajar mengenai perbedaan antara kebun karet yang belum tersertifikasi dan tersertifikasi. Peserta juga dijelaskan mengenai pengelolaan kebun karet yang melakukan kerjasama dengan kelompok masyarakat di sekitar area. Lutfie (44) berpendapat, “Dari kunjungan ini, terlihat sekali pengelolaan kebun karet yang cukup baik, terawat dan produktif, sehingga mampu menghasilkan kualitas latex yang baik dan bersih.”

Selanjutnya, peserta forum mengunjungi salah satu pabrik pengolahan kayu karet. Dalam kegiatan ini, peserta ditunjukan proses pembuatan wood chip yang bahan bakunya berasal dari kayu pohon karet. Pengolahan ini juga sudah tersertifikasi oleh FSC. Pada penghujung kegiatan, peserta mengunjungi Rubber Authority of Thailand (RAoT) Rubber Market yaitu lembaga pemerintah yang bertanggung jawab dalam mengelola perdagangan karet di Thailand. Di sini peserta belajar bagaimana mekanisme dan alur perdagangan karet di Thailand, mulai dari tahap budidaya di masyarakat maupun pemilik usaha/perkebunan, insentif pemerintah, sampai dengan pasar yang dikelola langsung oleh RAoT. RAoT juga memiliki wewenang untuk menetapkan harga dan kualitas karet yang akan masuk ke pasar.

“Saya sangat terkesan dengan kunjungan kemarin. Ternyata situasi dan kondisi perkebunan di Thailand tidak jauh berbeda dengan perkebunan yang ada di Indonesia. Seperti di perkebunan karet di sana, di sela-sela tanaman karet ditanami oleh nanas. Saya juga belajar bahwa hal ini ternyata tidak mempengaruhi produktifitas dan pertumbuhan tanaman karet. Ini membuat saya tertarik ingin belajar lebih banyak lagi,” begitu jelas Nasib (47) ketika ditanyai mengenai kesannya terhadap kunjungan ke kebun karet di Thailand.

Ia juga menambahkan, “Saya berharap untuk kedepannya ABT bisa membantu kami masyarakat untuk melakukan jangka benah dan membantu proses legalitas KTH, agar dapat memperlancar proses sertifikasi dari FSC nantinya.”

ABT melihat sertifikasi FSC sebagai salah satu peluang bagi pengembangan bisnis berkelanjutan bersama masyarakat. Saat ini, ABT telah bermitra dengan beberapa kelompok tani yang mengelola lahan di dalam kawasan konsesi PT ABT, dengan salah satu komoditas berupa karet. Sertifikasi FSC diharapkan dapat meningkatkan kualitas karet yang dihasilkan masyarakat mitra ABT, dan mendapatkan jaminan pasar dengan harga premium.