Bungo, Jambi – Pelatihan ini diikuti oleh kolaborasi peserta dari WWF dan ABT. Peserta dari WWF diikuti oleh M. Iqbal Firdaus, Richo Haifi, dan Angga Prathama dan dari ABT diikuti oleh M. Royhan dan Maimunah Permata. Pelatihan ini diterangkan oleh para trainer drone dari Mata Angkasa, yaitu Eko Rahardjo, Rinaldi Arfianto, Yedi, dan Yudha. Penyelenggaraan pelatihan ini terselenggara selama 1 (satu) minggu dari tanggal 12 sampai dengan 18 Agustus 2018 bertempat di 3 tempat, yakni Hotel Amaris Kabupaten Bungo untuk teori awal, Tanjung Agung (Bungo) untuk tahap simulasi penerbangan, Blok II Desa Pemayungan Kawasan ABT misi penerbangan untuk keseluruhan landsekap, dan terakhir di Kabupaten Tebo untuk analisis foto udara.
Pelatihan ini berawal dari upaya restorasi ekosistem. Dalam proses perencanaan untuk lokasi prioritas dalam waktu dekat ini ialah di block II. Block II (Pemayungan) memiliki kondisi sosial yang sangat beragam dan mayoritas didominasi oleh pendatang yang membuka lahan dan juga pelaku perusahaan illegal sehingga kawasan telah terkonversi menjadi lahan sawit. Pelaku usaha illegal (non-prosedural) di kawasan block II yang saat ini telah diproses secara hukum ialah PT Toton Group. PT Toton Group melakukan operasional illegal di kawasan ABT sekitar ± 1000 Ha, dan berbatasan langsung dengan Provinsi Riau. Setelah proses hukum dilakukan, perlu adanya informasi spasial dari lokasi operasional Toton yang mengklasifikasikan kondisi lahan dengan yang telah ditanami sawit serta semak belukar sehingga rencana restorasi dapat dilaksanakan berdasarkan informasi tersebut.
Penggunaan teknologi yang digunakan saat ini dilakukan dengan penginderaan jauh citra satellite dengan resolusi spasial 3×3 meters yang masih belum cukup untuk mendeteksi keberadaan sawit muda sehingga survey ground check menggunakan drone perlu dilakukan. Penggunaan drone copter (DJI) telah dilakukan sebelumnya di kawasan block I namun memiliki tuntutan waktu yang sangat lama. Oleh karena itu, diperlukan teknologi yang lebih mutakhir dengan menggunakan UAV (Unmanned Aerial Vehicle) – Fix wings drone yang memiliki cakupan yang lebih luas dalam areal terbang nya, dan juga efisiensi waktu yang lebih baik.
Apalagi, WWF Jambi melalui hibah dari program WWF Rimba (Jambi) yang sebelumnya diberikan 2 (dua) unit Fix Wings tentunya alat ini perlu dukungan kapasitas dalam pengoperasiannya karena menjadi salah satu hal yang baru dan berbeda dari Drone Copter. Perbedaan tersebut terletak pada kondisi take off dan landing dimana memerlukan keterampilan yang lebih baik. Maka dari itulah, perlu dukungan pelatihan dan peningkatan kapasitas keterampilan dari Staff Pilot Drone (DJI-copter) sebelumnya sehingga bisa menggunakan UAV-Fix Wings untuk monitoring land use/land cover yang dapat dilakukan dengan optimal, dan khususnya di areal operasional Toton dapat direncanakan kegiatan restorasi secara tepat dan optimal.
Pelatihan ini dimulai pada pengenalan alat-alat dasar pengoperasian pesawat UAV-Fix Wings, pengenalan SOP operasional UAV-Fix Wings, pelatihan penerbangan UAV-Fix Wings, pelatihan Processing analisis hasil foto udara dari Fix-Wings, dan Implementasi pengambilan foto udara di Toton Area menggunakan Fix-Wings.
Hal yang terkesan ketika pelatihan berlangsung ialah pada saat pelaksanaan misi penerbangan drone berlangsung, yakni pengambilan foto udara di Blok II pada hari Rabu, (15/08/18). Kala itu, para peserta training dan pelatih trainer menyebrangi sungai Batang Hari menggunakan Ponton. Setelah menyebrang, kurang lebih menghabiskan waktu selama 2 (dua) jam perjalanan untuk menempuh Pemayungan dan masing-masing dari kami membawa 3 mobil. Akhirnya, tibalah kami di Desa Pemayungan dan bertemu anggota tim Perlindungan dan Pengamanan Hutan (PPH) ABT dan beberapa Polhut yang sedang bertugas selama 2 bulan untuk kegiatan dan pengamanan lahan bekas Toton Group. Beberapa dari kami, diberikan tumpangan beristirahat semalam di tenda PPH, ada juga yang di mobil, dan juga di pondok masyarakat.
Esok paginya, saat matahari terbit kami membasuh muka di sungai. Airnya sangatlah jernih dan sejuk membuat kami semakin semangat untuk menjalankan kegiatan utama pada pelatihan selama seminggu hari tersebut. Usai sarapan, kami memulai kegiatan dan pesawat drone pun terbang dengan arahan para trainer. Kurang lebih 1 (satu) jam pesawat drone kami terbang melintas dan mengelilingi areal Blok II dari atas udara dan pesawat drone pun landing dengan baik. Kami meninggalkan Blok II pukul 17:00 WIB sore hari.
Sesampai di Tebo pada Kamis (16/08/18), kami memulai untuk membedah hasil foto udara dan menganalisisnya. Luasan yang terpoto adalah 1.434 M dan total keseluruhannya adalah 910 Hektar. Berdasarkan isi hasil foto yang terekam oleh drone adalah berupa tanaman sawit, semak-semak, sungai, jalan, pondok perambah, areal bekas bakar, kayu hasil perambah, lahan bekas persemaian, perawatan sawit yang telah dilakukan karena banyak gulma yang mati, dan areal bekas camp perambah. “Hasil foto udara ini masih diklarifikasi dan akan ditindaklanjuti agar bisa segera sebagai action bagi para pelaku restorasi ekosistem dari WWF dan ABT”, ujar Iqbal salah satu peserta training drone dari WWF.