Pada tanggal 11 – 14 Juli 2022, berkat dukungan The Orangutan Project, PT ABT bekerja sama dengan Sawah Bali berhasil mengadakan pelatihan Pertanian Pangan Regeneratif kepada suku Talang Mamak yang bermukim di Dusun Simerantihan, Desa Suo-Suo, Kec. Sumay, Kab. Tebo, Provinsi Jambi. Kawasan pemukiman suku Talang Mamak ini berada dalam kawasan konsesi PT ABT blok I. Pelatihan ini dihadiri oleh 5 peserta, termasuk Kepala Dusun Simerantihan. Tujuan utama pelatihan ini adalah membantu menjaga ketahanan pangan bagi suku Talang Mamak, dengan demikian dapat menekan penggunaan metode pertanian tebang-bakar.

Pelatihan dimulai dengan menyiapkan persemaian (nursery) dan tempat penanaman (bedding). Peserta diajarkan cara melakukan penyiraman tanaman dengan baik hingga metode untuk mencegah hewan peliharaan (ayam, kambing, anjing) merusak tanaman. Untuk poin terakhir ini, area atau tempat penanaman dilindungi dengan jaring dan pagar yang memiliki ukuran ideal sebesar 10 x 25 meter.

Dalam jangka panjang, hasil pelatihan ini diharapkan dapat menghasilkan komoditas sayur mayur dan pangan yang menyuplai kebutuhan masyarakat. Secara spesifik, produksi pangan ini juga diarahkan untuk mendukung program Makanan Tambahan untuk Anak Sekolah di Kelas Jauh Dusun Simerantihan, SDN 167/VIII Simpang 3 Suo-Suo. Program tersebut memberikan anak-anak SD Kelas Jauh sarapan, makan siang dan cemilan pada setiap hari sekolah.

Di sekolah tersebut hanya terdapat dua ruangan untuk kegiatan mengajar bagi anak-anak tingkat Sekolah Dasar (SD). Satu ruang digunakan oleh kelas 1 – 3 dan satu lagi oleh kelas 4 – 6. Tenaga pendidik pun hanya terdiri dari dua guru/pengajar, dengan fasilitas belajar mengajar yang jauh dari kata memadai. Untuk menyediakan makanan tambahan bagi para siswa, PT ABT kembali didukung oleh The Orangutan Project.

Tantangan yang diperoleh dari pelatihan ini adalah secara budaya, umumnya orang Sumatera jarang mengkonsumsi sayur-sayuran. Kebanyakan kuliner atau makanan yang mereka konsumsi mengandung karbohidrat (nasi, ubi) dan protein dari olahan hewan ternak maupun hasil berburu. Mencerminkan hal ini, kebanyakan lahan kelola Suku Talang Mamak tidak produktif atau belum diolah secara maksimal. Umumnya masyarakat menanam pohon karet (Hevea brasiliensis) dan mulai berupaya membudidayakan tanaman jernang (Daemonorops draco). Peralihan untuk mengkonsumi sayur-sayuran dan peningkatan penggunaan lahan sekitar rumah untuk menanam sayur-sayuran membutuhkan upaya yang lebih besar. Solusi lain yang dapat dilakukan adalah dengan mendorong peningkatan produksi pertanian yang sudah berjalan sebelumnya, perbaikan metode pemeliharaan ternak, serta membantu pemasaran produk baik berupa akses ke pasar maupun dalam hal harga.