Tebo, Jambi – Dalam rangka meningkatkan kemampuan para petani panen madu di area konsesi PT ABT serta pengambilan sample madu untuk diteliti, salah satu anggota team P4F (Partnership for Forest), Hermanto datang untuk meninjau langsung bagaimana cara mengolah madu yang baik dan benar untuk para petani PT ABT. Sabtu, (6/1/18). kegiatan ini dilakukan di area konsesi ABT dan diluar konsesi agar didapati uji sample. Sample yang diambil di area konsesi ABT ialah pada Blok 1, yakni Desa Ma. Kilis dan yang diluar konsesi yaitu Desa Kunangan. Sample madu yang diambil adalah 2 pohon sialang di daerah desa tersebut. Pemilik pohon sialang pada desa Ma. Kilis adalah Roni. Sedangkan, pemilik pohon sialang pada Desa Kunangan adalah Aklan. Meskipun pohon sialang Desa Ma. Kilis ini mempunyai pemiliknya, ABT tetap memberi izin untuk mereka agar bisa bermitra dan dibina dalam kelompok Tani Madu Hutan Alam Bukit Tigapuluh. Begitu juga dengan pohon sialang di desa Kunangan, meskipun berada diluar area konsesi ABT, desa ini merupakan salah satu desa yang ikut bermitra dengan ABT.
Pagi itu, tepat jam 09:00 WIB, kami menuju pohon sialang pertama, yaitu pohon sialang desa Ma. Kilis. Disana ada kurang lebih 120 sarang lebah menghiasi pohon sialang. Para petani panen madu pun siap-siap memakai baju anti sengat secara berlapis-lapis. “yaa jika ingin menghindari sengatan lebah, paling tidak memakai baju 3 sampai 4 lapis”, ujar Jamhur salah seorang petani panen madu. Setelah semua perlengkapan tubuh terpakai, 2 orang petani siap-siap untuk mengambil madu. Sebelum sarang diambil, salah seorang petani yang hendak menajat menyanyikan dan berpantun (kebiasaan nenek moyang dalam memanjat pohon). Pengambilan ini secara tradisional tanpa menggunakan asap.
Setelah pohon sialang desa Ma. Kilis, perjalanan dilanjutkan ke desa Kunangan. Di desa ini terdapat hutan pohon bambu yang indah di mana di tengah-tengahnya ada sungai kecil sebagai salah satu sumber kehidupan masyarakat di desa ini. Waktu telah menunjukkan pukul 12:00 WIB siang hari. Sejenak kami pun beristirahat dan makan bersama untuk menghilangkan penat sejenak. Dengan pemandangan sungai kecil di tengah hutan bambu, tampak suasana sangat menyejukkan sambil bersantap ria.
Setelah cairan madu diambil beserta sarangnya, kami pun menghampiri salah satu rumah petani panen madu. Disinilah Hermanto menjelaskan dan memberi edukasi kepada para petani panen madu bagaimana cara mengolah madu secara higienis. Hal yang terpenting dalam mengolah madu agar tetap higienis adalah menggunakan kain nilon. Kain tipis berwarna putih inilah sebagai penyaringan madu yang tepat dan biasanya sarang lebah tersebut digantung agar madunya tersaring di atas kain ini (tidak boleh diperas). Setelah semuanya disaring, kami pun mencicipi madu dari hasil 2 pohon tersebut dan mengukur kadar air. Kedua pohon sialang ini mempunyai rasa yang berbeda dan begitu juga warnanya.